Senin, 15 April 2013

konsepsi IBD

TUGAS : Konsepsi IBD

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menyiapkan tiga langkah untuk menghadapi sikap Malaysia. Pernyataan ini terkait tindakan Malaysia yang beberapa kali mengklaim kesenian dan budaya Indonesia.

Seperti diketahui, Malaysia melakukan klaim sepihak atas tari Pendet, lagu "Rasa Sayange", reog Ponorogo, dan yang terakhir kabarnya Malaysia juga tengah melirik tari Tor-tor serta lagu "Poco-poco".

"Mengenai Tor-tor, kita telah melakukan tiga kali dialog dengan Malaysia. Katanya itu hanya salah persepsi," kata Wiendu di Gedung Kemdikbud, Jakarta, Selasa (26/6/2012).

Untuk itu, kata Wiendu, Pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan agar pihak Malaysia menjelaskan secara tertulis di mana posisi terjadinya salah paham tersebut. Pasalnya, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia sempat menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia hanya ingin mendaftarkan (publikasi) tari Tor-tor sebagai bagian dari diakuinya komunitas Mandailing di Malaysia.

"Tapi, permintaan itu belum kami terima. Maka, kami bersama Kementerian Luar Negeri serta Kementerian Hukum dan HAM akan mengirimkan nota diplomasi untuk menyikapi itu," ujarnya.

Jika nota diplomasi itu masih tidak digubris, pemerintah akan menyiapkan perjanjian bilateral dengan Malaysia untuk membandingkan daftar kesenian yang dimiliki oleh Indonesia dan Malaysia. Pada tahap itu, kata Wiendu, kedua negara akan duduk bersama mencocokkan daftar seni dan budaya asli masing-masing negara. Jika ditemukan ada catatan ganda, maka dialog akan dipilih untuk menyelesaikannya.

"Kalau masih tidak bisa diselesaikan, maka kami akan membawa masalah ini kepada Mahkamah Internasional. Tapi, itu jangka panjang karena memerlukan waktu dan anggaran yang tidak sedikit," kata Wiendu.







 Menurut saya, Budaya suatu negara adalah hal yang sangat penting, itu mencerminkan bagaimana awal mulanya, kebiasaan, adat dll dari suatu negara. Jika kita tidak melakukan apa-apa untuk budaya kita, apalagi budaya kita sampai di klaim oleh negara lain. Menurut saya kita harus bertindak tegas.

Budaya harus dipelihara sebaik-baiknya, apalagi negara kita adalah negara yang kaya akan budaya. Jika kita tidak bisa merawat budaya kita dengan baik, maka hal diatas akan terjadi yaitu pengklaiman budaya.

sumber : http://nasional.kompas.com/read/2012/06/26/14091675/Indonesia.Akan.Kirim.Nota.Diplomasi.kepada.Malaysia

TUGAS : Manusia dan Kebudayaan

 

KOMPAS.com - Pilihan taman bermain di mal untuk anak-anak di Jakarta semakin beragam. Anak-anak pun berkesempatan menjalani dunianya, dunia bermain. Orangtua juga terbantu dengan hadirnya fasilitas bermain yang berfungsi ganda, untuk mendidik anak dengan cara menyenangkan.

Pasaraya, The Pride of Indonesia, memberikan pilihan rekreasi edukatif untuk keluarga ini. Karakter Pasaraya sebagai mal yang menonjolkan warisan budaya Indonesia masih dipertahankan, termasuk melalui wahana bermain untuk anak-anak. Rencananya, taman bermain baru di Pasaraya diperkenalkan pada akhir Juli 2012. Kapal Pinisi yang menjadi kebanggaan Indonesia menjadi ikonnya. Pinisi pun dipilih sebagai nama taman bermain terbaru di Jakarta ini.

"Kita butuh ikon atau simbol baru untuk anak-anak agar lebih mengenal negerinya, dan mencintai budaya Indonesia. Di taman bermain Pinisi ini akan ada kapal berukuran besar yang menjadi area permainan adventure seperti fyling fox dan lainnya. Konsep taman bermain ini benar-benar ingin memberikan fasilitas untuk anak-anak menjalani berbagai aktivitas melalui permainan, karena memang dunianya anak-anak ya memang bermain. Sekaligus juga ini mengenalkan berbagai budaya Indonesia melalui kelas tari melalui modul pembelajaran video," jelas Ari Kartika, Direktur Pinisi Theme Park di sela jumpa pers Kemilau Raya Pasaraya 2012 di Pasaraya Blok M, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Edukasi
Pinisi tak hanya memfasilitasi anak-anak untuk menikmati berbagai wahana permainan yang sarat petualangan dan membantunya mengeskplorasi budaya Indonesia. Ari selaku konseptor taman bermain ini juga menghadirkan berbagai kegiatan yang membantu anak untuk mengembangkan kemampuan dirinya, termasuk mengenali bakat dan minat.

Untuk menambah pengetahuan anak, Pinisi memiliki planetarium layar datar, yang dirancang dengan program khusus.Nantinya juga akan tersedia Science Centre. Selain berbagai fasilitas bermain yang memicu adrenalin, Pinisi juga menyediakan fasilitas bermain yang kental muatan budaya lokal, seperti kelas tari tradisional menggunakan modul dan metode pembelajaran melalui video.

"Saat ini ada tarian yang bisa dimainkan yakni tari piring, pendet, topeng," jelas Ari.

Pinisi juga memberikan pilihan baru taman bermain. Pasaraya menggandeng Kak Seto untuk melatih para staf atau pendamping di taman bermain ini, dalam memantau aktivitas anak-anak, dan memberikan laporan terkait minat dan bakat si anak. Setiap wahana umumnya berkapasitas 8-10 anak. Nah, setiap staf akan dibekali variabel penilaian atas aktivitas anak, yang akan diolah menjadi satu bentuk laporan terkait kemampuan personal si anak.

"Jadi, setelah anak bermain, orangtua pulang bersama anak membawa laporan yang dapat menjadi referensi mengenai kemampuan si anak. Penilaian ini memang tidak bisa dijadikan standar pasti karena bergantung pada situasi dan kondisi si anak. Namun setidaknya orangtua juga guru memiliki referensi mengenai anak. Terutama mengenai potensi anak misalnya apakah anak lebih memiliki kemampuan juga minat secara musikal atau matematikal," ungkap Ari.

Menurut Ari, melalui konsep bermain seperti ini, anak-anak membawa pulang hasil penilaian dari setiap permainan yang diikutinya. Orangtua juga terbantu untuk mengetahui modalitas belajar anak. "Anak bisa belajar secara visual atau auditory, kadang orangtua tidak mengetahuinya. Melalui hasil laporan dari kegiatan bermain anak ini, orangtua bisa mengetahui modalitas belajar anak," lanjutnya.

Pinisi menyasar anak usia sekolah. Taman bermain ini mematok biaya Rp 100.000 per anak per enam jam. Untuk dewasa, tiket masuk dibanderol Rp 50.000 per orang. Anda juga bisa datang per grup dengan minimal 15 anak.




Menurut saya, anak memang harus diselipkan edukasi disetiap permainannya, itu akan membantu pertumbuhan otak sang anak itu sendiri. Tapi kita juga sebaiknya mengenalkan anak dengan budaya-budaya yang ada, seperti melihat suatu upacara adat, bersyukur dengan membuat nasi tumpeng, upacar pernikahanpun mengandung budaya.

Walaupun sang anak diharuskan mengikuti edukasi maupun pengenalan budaya, mereka tetaplah anak-anak jangan terlalu dipaksakan dan merekapun perlu bermain. Biarkan mereka memilih untuk kebaikan mereka sendiri nantinya

sumber : http://female.kompas.com/read/2012/07/11/14345470/Ajak.Anak.Menelusuri.Budaya.dan.Potensi.Dirinya